Berbicara mengenai ethnik Maluku sebagai produk budaya masyarakat, tidak ada istilah Maluku Utara, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, apalagi Maluku Selatan, karena Ethnik Maluku adalah akar budaya masyarakat Maluku, yang meliputi semuanya, sebagaimana syair lagu “…dari ujung Halmahera sampai Tenggara jauh…” yang masih relevan hingga saat ini, dan tidak terkotak-kotak oleh batas-batas wilayah administratif maupun batas wilayah secara geografis apalagi berdasarkan batasan salam – sarane. Jadi, hanya ada satu kata…Maluku !!
Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa Ethnik Maluku adalah seni pemersatu karena berada di atas semua keanekaragaman yang ada di Maluku.
Provinsi dengan sebutan wilayah seribu pulau ini sangat potensial melahirkan ethnik-ethnik khas setempat yang secara umum bisa dikatakan mempunyai pola yang hampir serupa meskipun berbatas ‘tanjong‘, terbelah lautan, dan ‘tapele‘ gunung.
Hanya ada sedikit warna yang akan secara spontan terbayang dalam benak kita begitu kita menyebut Maluku, yaitu hitam, merah, dan putih. Masing-masing warna seperti telah dengan sendirinya mewakili dan menjadi duta bagi kelompok atau komunitas tertentu di Maluku. Tapi dunia terus berkembang merekahkan warna-warna yang terus bermekaran….tak ada salahnya kita tambahkan birunya laut yang teduh, hijaunya hutan coklat, merahnya cengkeh, gelapnya dinding gaba-gaba serta warna-warna lain yang beraneka ragam sebagaimana yang diperlihatkan oleh kekayaan bawah laut negeri seribu pulau ini.
Ethnik Maluku adalah keindahan naluri anak-anak negri, jangan biarkan hanyut terbawa ombak atau terbang bersama angin sibu-sibu. Mari kita gali, pelihara, lestarikan, abadikan……untuk menggapai dimensi masa depan katorang.
Bandung, 8 Februari 2010
Arkeni Pattisahusiwa